1.
Pengertian Suppositoria :
a. Menurut
FI edisi III, hal 32
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui
dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melemak atau meleleh pada suhu
tubuh.
b. Menurut
FI edisi IV, hal 16
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai an
bentuk yang diberikan melalui vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melarut atau
melunak pasa suhu tubuh.
c. Menurut
R.Voight, hal 281
Suppositoria adalah sediaan berbentuk silindris atau
kerucut, berdosis atau berbentuk mantap. Yang ditetapkan untuk dimasukkan
kedalam rectum, sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan
berair.
d. Menurut
Lachman, hal 1147
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang
umumnya dimasukkan kedalam rectum, vagina dan jarang digunakan di uretra.
e. Menurut
DOM Martin, hal 834
Suppositoria adalah sediaan padat yang dugunakan melalui
bagian tubuh yaitu vagina, rectum dan uretra.
f. Menurut
RPS, hal 1609
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat dengan bentuk
bervariasi, biasa untuk pengobatan dilakukan dengan diselipkan dengan
suppositoria melunak, melebur dalam cairan tubuh, melalui vagina, rectum dan
uretra.
g. Menurut
Parrot hal 382
Suppositoria adalah bentuk sediaan tunggal yang
dimasukkan kedalam dubur, vagina dan uretra.
h. Menurut
Scoville’s hal 367
Suppositoria adalah sediaan obat padat yang diselipkan
melalui vagina dan uretra.
A.
Syarat basis yang ideal
1. Menurut
Lachman, hal 1168
a. Telah
mencapai kesetimbangan kristanilitas, dimana sebagian besar komponen mencapai
pada temperature rectal 360c, tetapi basis dengan kisaran leleh
lebihtinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum, penambahan
minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang dugunakan pada iklim
tropis.
b. Secara
keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan
jaringan yang meradang.
c. Dapat
bercampur dengan berbagai jenis obat.
d. Basis
suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat
dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan.
e. Basis
suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk stabil.
f. Basis
suppositoria tersebut tidak merangsang.
g. Basis
suppositoria tersebut bersifat membasahi dan mengemulsi.
h. “
angka air “ tinggi, maksudnya presentase air yang tinggi dapat dimasukkan
kedalamnya.
i. Basis
suppositoria tersebut stabil dalam penyimpanan, maksudnya warna, bau atau pola
penglepasan obat tidak berubah.
j. Suppositoria
dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin,kompressi atau ekstrusi.
2. Menurut
R. Voight, hal 282-283
a.
Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan
rangsangan pada usus; hal ini dapat disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis
atau tengik, terlalu keras, juga oleh kasarnya bahan obat yang diracik).
b.
Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan
bahan obat)
c.
Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak
stabil)
d.
interval yang rendah antara titik lebur dan
titik beku (pembekuan massa berlangsung cepat dalam cetakan, kontrastbilitasnya
baik, mencegah pendinginan mendadak dalam cetakan)
e.
Interval yang rendah antara titik lebur
mengalir dengan titik lebur jernih (sangat penting artinya bagi pemantapan
bentuk dan juga daya penyimpanannya, khusus pada suhu tinggi)
f.
Viskositassnya yang memadai (mampu mengurangi
sedimentasi bahan tersuspensi, tingginya ketepatan takaran).
g.
Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa
menit pada suhu tubuh atau melarut (persyaratan untuk kerja obat).
h.
Pembebasan dan resorpsi obat yang baik.
i.
Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik
(tanpa ketengikan pewarnaan, pengerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang
baik, dan stabilitas yang memadai dari bahan obat).
j.
Daya serap terhadap cairan lipofil dan
hidrofil.
3. Menurut
Ansel, hal 581
Basis selalu padat dalam
suhu ruangan tetapi akan melunak, melebur, atau melarut dengan mudah pada suhu
tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya didapat setelah
dimasukkan.
4. Menurut
RPS18th, hal 1610
a.
Basis compatible dengan beberapa obat.
Meleleh atau tidak larut
dalam cairan rectal.
b. Harus
stabil pada penyimpanan
c. Tidak
beracun dan tidak mengiritasi pada membran mukosa
5. Menurut
FI edisi III, hal 32
Bahan dasar harus dapat
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
6. Menurut
Scoville’s, hal 371
Basis
suppositoria ideal seharusnya : stabil, mudah dalam penuangan, menjadi keras
pada pendinginan cepat, tidak membutuhkan lubrikan, cocok dengan semua obat.
Basis seharusnya netral dalam reaksi, tidak iritasi, melunak atau larut pada
suhu tubuh dan tidak bocor pada rectum.
B.
Jenis-jenis basis dan fase absorbsinya
1. Menurut
Farmaseutika, Hal. 43
a.
Basis berminyak atau berlemak
Basis
yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini tidak toksik,
lunak tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan tetapi lemak coklat
memiliki kelemahan yaitu mudah tengik, meleleh pada suhu panas, menjadi cair
bila dicampur dengan obat-obatan tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi
dengan titik leleh yang lebih rendah.
b.
Basis larut dalam air atau bercampur dengan
air
Basis
memiliki suppositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria gliserin yang
berfungsi basis sekaligus bahan aktif, ada dua macam formula suppositoria yang
terkenal yaitu :
Gliserin 91 g
Natrium Stearat 9 g
Air murni 5 g
Formula ini mempunyai resmi
menurut USP XX sedangkan formula lainnya tidak resmi yaitu :
Obat dalam Air Murni 10 9
Gelatin 20 g
Gliserin 70 g
Basis larutan lainnya adalah
polietilen glikol di mana beberapa kombinasi dari basis ini disiapkan, yaitu :
Basis
I
Polietilen glikol 1000 96%
Polietilen glikol 4000 4%
Basis ini memiliki titik
leleh rendah dan mungkin perlu pendinginan pada musim panas. Berguna bila diinginkan
penghancuran yang cepat.
Basis
II
Polietilen
glikol 1000 75%
Polietilen
glikol 4000 25%
Basis
ini lebih tahan panas dari pada basis I, dapat disimpan pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur I. Basis ini berguna bila dikehendaki penglepasan
zat aktif yang lebih lambat.
c.
Basis yang merupakan basis yang berlemak dan
yang bercampur dengan air.
Basis
ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam air, contohnya polioksil
40 stearat. Bahan ini menyerupai lilin putih, kecoklat-coklatan, padat dan
larut dalam air.
C. Metode
pembuatan suppositoria
1. Menurut
Lachman, hal 1179-1182
a. Mencetak
dengan tangan
Metode pembuatan
suppositoria yang paling sederhana dan paling tua adalah dengan tangan, yakni
dengan menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung
zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian
diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan lumping sampai diperoleh
massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk.
b. Mencetak
kompressi
Suppositiria yang lebih
seragam dan elegan secara farmasetik dapat dibuat dengan mengkompressi parutan
massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar
menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan silinder, sehingga
massa terdorong kedalam cetakan (biasanya tiga). Metode kompressi dingin adalah
cara yang sederhana dan menghasilkan penampilan yang lebih elegan dibanding
dengan mencetak menggunakan tangan. Cara ini menghindari
kemungkinan-kemungkinan sedimentasi zat-zat padat yang tidak larut dalam basis
suppositoria, tetapi cara ini terlalu lambat untuk produksi skala besar. H satu
kelemahan utama dalam penggunaan teknik kompressi dingin untuk mencetak suppositoria
dengan basis tipe lemak adalah udara tang terkurung. Masuknya udara yang tidak
dapat dihindari ini memungkinkan adanya oksidasi dari basis dan bahan-bahan
aktif.
c. Mesin
pencetak otomatis
Pelaksanaan pencetakan
(penuangan, pendinginan, dan pemindahan) dapat di lakukan dengan mesin. Seluruh
pengisian, pengeluaran, dan pembersihan cetakan, semua dijalankan secara
otomatis. Produksi satu mesin putar khusus berkisar 3500-6000 suppositoria per
jam.
d. Mencetak
tuang
Metode paling umum yang
digunakan untuk membuat suppositoria skala kecil dab skala besar adalah proses
pencetakan. Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya di atas penangas air
atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
2. Menurut
Ansel, hal 585-592
a. Pembuatan
dengan cara mencetak
Pada dasarnya
langkah-langkah dalam metode pencetakan termasuk :
1. Melebur
basis
2. Mencampurkan
bahan yang diinginkan
3. Menuang
hasil leburan dalam cetakan
4. Membiarkan
leburan menjadi dingin dan mengental menjadi suppositoria
5. Melepaskan
suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, polietilen glikol, dan
banyak basis lainnya.
b. Dengan
cara kompressi
Suppositoria juga dibuat
dengan menekan massa yang terdiri dari campuran basis dengan bahan obatnya
dalam cetakan khusus memakai alat atau mesin pembuat suppositoria. Dalam
pembuatan dengan cara kompressi dalam cetakan, basis suppositoria dan bahan
lainnya dalam formula dicampur dengan baik. Pergeseran pada proses tersebut
menjadikan suppositoria lembek seperti kentalnya pasta.
3. Menurut
R. Voight, hal 289-29
a. Cara
penuangan
Cara
ini yang paling sering digunakan setelah massa melebur dan disatukan dengan
bahan obat, dituang ke dalam cetakan. Pada saat peleburan massa harus
diperhatikan, bahwa suhu tidak naik terlalu tinggi dan tidak terbentuk leburan
yang jernih agar dapat mengurangi proses sedimentasi bahan obat. Pada saat
penuangan, leburan massa memiliki viskositas setinggi mungkin dan suhunya hanya
sedikit diatas titik bekunya. Hal ini dapat dicapai melalui pemanasan yang
sangat hati-hati. Pada saat penuangan, sebaiknya campuran berada dalam bentuk
sejenis krim, artinya di dalam massa, dimana bagian yang melebur dan tidak
melebur terletak berdampingan.
b.
Cara pencetakan
Pada cara pencetaan
basis suppositoria dicampurkan dengan bahan obat serbuk halus. Material awal
disiapkan dalam sebuah pencetak suppositoria (misalnya pencetak suppositoria
universal) dan dengan menggunakan sebua torak, yang digerakan kedalam melalui
sebuah kincir, ditekan kedalam cetakan melaui lubang kecil. Dengan bantuan alat
khusus suppositoria kemudian didorong keluar.
How much is a slot machine, jackpot, and how to play? - Dr.
BalasHapusJackpot is a game played by five players 광주광역 출장마사지 in a casino 군포 출장안마 game. In this game, five people 거제 출장샵 in the same team 정읍 출장샵 compete to win. It is the jackpot. 익산 출장안마